
AC Milan kembali menunjukkan pola performa yang membingungkan: mereka tampil sangat garang saat melawan Inter Milan di derby, tetapi sebaliknya sering kehilangan poin saat menghadapi tim-tim kecil. Fenomena ini semakin terlihat di musim ini, ketika Milan mampu menunjukkan intensitas tinggi di laga besar namun tampak kurang bertenaga di pertandingan yang seharusnya bisa mereka menangkan dengan nyaman.
Fenomena ini bukan terjadi sekali dua kali, tetapi menjadi pola yang konsisten. Lalu, apa yang menyebabkan perbedaan ekstrem ini?
1. Faktor Mental: Derby Sebagai Pemicu Semangat Ekstra

Pertandingan melawan Inter selalu menghadirkan adrenalin yang berbeda. Para pemain Milan tampil dengan determinasi tinggi, fokus maksimal, dan agresivitas yang jarang terlihat di laga-laga biasa. Identitas klub, rivalitas, dan tekanan dari suporter justru menjadi energi positif.
Namun, ketika menghadapi tim yang tidak memiliki bobot emosional seperti derby, intensitas itu menurun. Fokus longgar, start lambat, dan pola “meremehkan lawan” sering muncul. Inilah yang membuat Milan kesulitan memecah pertahanan tim kecil yang biasanya bermain lebih defensif.
2. Masalah Taktis: Mandek Lawan Low Block

Saat menghadapi tim besar, Milan bermain dengan struktur yang lebih disiplin. Transisi cepat, pressing tepat, dan kreatifitas serangan meningkat.
Sebaliknya, melawan tim kecil yang bermain rapat, Milan sering terlihat kebingungan:
- bola berputar terlalu lama di lini tengah,
- jarang ada pergerakan tanpa bola,
- dan penyelesaian akhir tidak efektif.
Low block menjadi senjata mematikan bagi tim kecil, dan Milan belum menemukan solusi konsisten untuk membongkarnya.
3. Rotasi Pemain Menurunkan Kualitas
Laga melawan tim kecil sering menjadi ajang rotasi. Namun, kedalaman skuad Milan tidak merata. Pemain pelapis tidak selalu mampu menjaga intensitas dan kreativitas yang sama dengan pemain inti. Alhasil, performa tim cenderung menurun ketika beberapa pemain kunci diistirahatkan.
4. Fokus Menurun Setelah Unggul
Salah satu masalah besar Milan adalah gagal mempertahankan keunggulan. Setelah mencetak gol pertama, intensitas sering turun. Kesalahan kecil di lini belakang atau kurangnya kontrol tempo membuat lawan mampu menyamakan kedudukan atau bahkan membalikkan keadaan.
5. Kesimpulan: Milan Harus Menemukan Kestabilan
AC Milan memiliki kapasitas untuk menjadi penantang gelar, terbukti dari performa mereka di derby. Namun, tanpa konsistensi melawan tim yang lebih lemah, peluang itu akan terus terhambat.
Untuk memperbaiki situasi, Milan harus:
- mempertahankan fokus “seolah derby” di setiap laga,
- memperbaiki variasi serangan melawan low block,
- memperkuat kedalaman skuad,
- dan lebih disiplin saat unggul.
Jika Rossoneri mampu menutup celah ini, mereka bisa menghilangkan paradoks dan tampil sebagai tim besar yang benar-benar stabil sepanjang musim.

Tinggalkan Balasan