Keputusan Miralem Pjanić untuk mengakhiri karier sepakbolanya pada usia 35 tahun menjadi salah satu kabar besar di dunia sepak bola Eropa. Banyak penggemar terkejut karena sebelumnya beredar spekulasi bahwa sang mantan maestro lini tengah akan kembali ke Juventus untuk menutup kariernya. Namun kenyataannya, Pjanić memilih pensiun dan menolak kemungkinan comeback ke Turin. Mengapa?
Akhir Perjalanan Panjang Sang Maestro

Pjanić menghabiskan lebih dari 15 tahun bermain di level tertinggi Eropa. Dari Metz, Lyon, Roma, hingga Juventus, ia dikenal sebagai gelandang elegan dengan visi brilian dan tendangan bebas yang mematikan. Puncak kariernya terjadi di Juventus, ketika ia menjadi playmaker inti dalam sistem permainan klub pada masanya.
Namun setelah meninggalkan Turin, performanya perlahan menurun. Kariernya berjalan melalui Barcelona, Beşiktaş, klub-klub di Timur Tengah, hingga akhirnya bermain di liga Rusia. Faktor usia, ritme permainan yang tidak konsisten, dan cedera kecil yang berulang membuatnya sulit kembali ke performa puncak.
Saat kontraknya berakhir dan ia berstatus bebas transfer, banyak yang percaya Juventus bisa menjadi tempat untuk “homecoming”. Tetapi kenyataan berbicara lain.
Mengapa Tidak Kembali ke Juventus?

1. Proyek Juventus Sudah Berubah
Juventus sedang membangun proyek baru yang berfokus pada pemain muda, intensitas tinggi, dan masa depan jangka panjang. Dalam situasi itu, Pjanić — meskipun kaya pengalaman — tidak lagi cocok dengan arah yang ingin diambil klub.
Meski ia dihormati, Juventus lebih memilih regenerasi daripada nostalgia.
2. Kondisi Fisik Tak Lagi Ideal
Walau masih fit, Pjanić sendiri menyadari bahwa intensitas Serie A dan tuntutan bermain di Juventus membutuhkan kondisi fisik yang jauh lebih prima. Di usia 35, ia merasa tak mungkin kembali memberikan performa setingkat dengan masa jayanya.
3. Kunjungan ke Markas Juventus Bukan Pertanda Transfer
Beberapa waktu lalu, foto-foto Pjanić di pusat latihan Juventus memicu rumor bahwa ia akan kembali. Namun kunjungan tersebut ternyata hanya momen nostalgia — bertemu teman lama dan staf yang dulu bekerja bersamanya.
Tidak ada pembicaraan kontrak, tidak ada negosiasi, tidak ada kesepakatan.
4. Pilihan Hidup dan Ketenangan
Pada titik tertentu, Pjanić memilih mengutamakan ketenangan dan kehidupan pribadi. Setelah menjalani karier panjang di berbagai negara, ia merasa saatnya memberi ruang untuk keluarga dan masa depan di luar lapangan.
Pjanic dan Kenangan Manis Bersama Juventus
Walau tidak kembali, Pjanić tetap meninggalkan warisan besar di Juventus.
Ia dikenang sebagai:
- pengatur tempo yang tenang dan elegan
- eksekutor bola mati yang mematikan
- sosok yang berperan besar dalam kejayaan Juventus di Serie A
- pemain yang selalu mengutamakan kecerdasan dalam bermain
Bagi para penggemar, ia tetap menjadi salah satu gelandang terbaik yang pernah membela klub tersebut.
Arah Baru Setelah Pensiun
Pjanić disebut terbuka untuk berbagai pilihan seperti:
- menjadi pelatih atau asisten
- bekerja di akademi sepak bola
- menjadi pundit di televisi
- menjalani bisnis pribadi
Meski belum diumumkan secara publik, banyak yang meyakini ia tidak akan jauh dari dunia sepak bola.
Penutup
Keputusan Pjanić untuk pensiun di usia 35 tahun adalah langkah yang mencerminkan kedewasaan: ia memilih menutup karier dengan elegan ketimbang memaksakan diri.
Keengganannya kembali ke Juventus bukan karena masalah hubungan, tetapi karena ia memahami situasi klub dan kondisi dirinya sendiri.

Tinggalkan Balasan