Pertanyaan “Salah pemalas?” kembali mencuat setelah Liverpool menelan kekalahan telak 0–3 dari Manchester City di Etihad Stadium, Minggu malam, 9 November 2025. Hasil tersebut membuat The Reds gagal mempertahankan momentum mereka di papan atas Liga Inggris. Dalam laga ini, City tampil dominan sejak awal hingga akhir, sementara Mohamed Salah—yang biasanya menjadi motor serangan Liverpool—tampak kehilangan sentuhannya.
Jalannya Pertandingan: City Menguasai Segalanya

Manchester City tampil sangat efisien. Gol-gol mereka dicetak oleh Erling Haaland pada menit ke-29, Nico González di penghujung babak pertama, dan Jérémy Doku pada menit ke-63. Liverpool sempat merayakan gol dari Virgil van Dijk, tetapi dianulir karena pelanggaran dalam prosesnya.
Dari sisi statistik, Liverpool hanya mampu melepaskan satu tembakan tepat sasaran sepanjang pertandingan. Ini menunjukkan betapa rapatnya pertahanan City dan betapa terbatasnya ruang gerak bagi para pemain depan Liverpool, terutama Salah.
Salah yang “Sunyi”: Bukan Malas, tapi Terisolasi

Mohamed Salah dikenal sebagai pemain yang agresif dan berenergi tinggi. Namun, dalam pertandingan melawan City ini, ia tampak “sunyi”. Banyak penggemar yang menuduhnya “malas”, tetapi situasinya tidak sesederhana itu. City memainkan pressing ketat di area kanan Liverpool—tempat Salah biasanya beroperasi—membuatnya kesulitan menemukan ruang.
Setiap kali Salah menerima bola, Ruben Dias dan Josko Gvardiol langsung menutup ruang geraknya. Bahkan sebelum ia sempat berputar, bola sudah direbut atau dipaksa kembali ke tengah. Akibatnya, Salah hanya sedikit berkontribusi dalam menciptakan peluang berbahaya.
Analisis Taktik: City Mematikan Arah Serangan ke Salah
- Penjagaan Berlapis di Sisi Kanan
City menempatkan Gvardiol dan Dias dalam pola penjagaan dua lapis terhadap Salah. Gvardiol menutup jalur luar untuk mencegah overlap Trent Alexander-Arnold, sementara Dias mengantisipasi pergerakan ke dalam Salah yang biasa mematikan. - Pressing Jebakan di Sayap
Bernardo Silva dan Mateo Kovacic sering menjebak Liverpool untuk memindahkan bola ke area sempit, membuat umpan vertikal ke Salah nyaris mustahil. Akibatnya, Salah sering menerima bola dalam posisi membelakangi gawang. - Serangan Balik Doku
Setiap kali Liverpool mencoba membantu Salah dengan menambah pemain ke kanan, City langsung menyerang balik melalui Doku di sisi kiri. Strategi ini memaksa Liverpool lebih berhati-hati dan membuat Salah makin terisolasi.
Penurunan Tempo, Bukan Kurang Usaha
Label “pemalas” terlalu dangkal untuk menggambarkan performa Salah malam itu. Yang terjadi sebenarnya adalah penurunan tempo permainan Liverpool secara keseluruhan. Ketika lini tengah gagal mengalirkan bola dengan cepat dan efektif, Salah kehilangan pasokan umpan yang biasa memungkinkannya melakukan tusukan.
Selain itu, pergerakan tanpa bola Salah kerap tidak diimbangi oleh rekan-rekannya. Setiap kali ia mencoba membuka ruang, bola justru dialirkan ke sisi kiri atau ke tengah. Alhasil, ritme permainan Liverpool terasa patah, dan Salah terlihat pasif padahal ia hanya tidak mendapat dukungan yang cukup.
Konteks Historis: Salah Biasanya Bersinar Lawan City
Secara historis, Salah justru kerap menjadi momok bagi Manchester City. Ia sering mencetak gol penting dan tampil gemilang dalam duel melawan tim asuhan Pep Guardiola. Karena itu, performanya yang “mati kutu” kali ini terasa mencolok. Banyak yang menilai bahwa ini bukan masalah motivasi pribadi, melainkan hasil dari strategi City yang sangat efektif menutup ruang untuknya.
Faktor-Faktor Penyebab Penurunan Performa
- Minimnya Suplai Bola dari Tengah
Lini tengah Liverpool kesulitan mengimbangi intensitas City, membuat Salah jarang menerima bola di posisi ideal. - Disiplin Pertahanan City
Dias dan Gvardiol memainkan peran penting dalam menjaga jarak antar lini. Mereka tidak membiarkan Salah menguasai bola dengan nyaman. - Kehilangan Momentum
Setelah gol Van Dijk dianulir, mental Liverpool menurun drastis. City kemudian memperbesar keunggulan, dan Salah pun makin kehilangan semangat untuk menekan. - Kurangnya Dukungan dari Full-back
Biasanya Salah mendapat bantuan dari Alexander-Arnold dalam menciptakan overload di kanan. Kali ini, full-back Liverpool lebih berhati-hati, membuat Salah berjuang sendirian.
Apa yang Harus Diperbaiki Liverpool?
- Bangun Koneksi di Sisi Kanan
Salah butuh partner yang konsisten, baik itu full-back maupun gelandang kanan, untuk menciptakan kombinasi cepat yang bisa membuka ruang. - Percepat Perpindahan Bola
Liverpool perlu mengembalikan karakter permainan cepat dari sisi ke sisi agar Salah bisa menerima bola dalam posisi terbuka. - Kreativitas di Tengah
Tanpa pemain yang bisa memecah blok pertahanan City, Salah hanya menjadi “penonton”. Perlu ada pemain yang bisa menyalurkan bola ke depannya dengan tajam.
Kesimpulan
Mohamed Salah memang tampil di bawah standar dalam laga Liverpool vs Manchester City pada 9 November 2025, tetapi menyebutnya “pemalas” adalah kesalahan. Ia bukan kehilangan semangat, melainkan korban dari taktik City yang sempurna dan struktur Liverpool yang tidak mendukung perannya.
Pertandingan ini menjadi pengingat bahwa bahkan pemain sekelas Salah pun tak bisa bersinar tanpa sistem yang menopangnya. Jika Liverpool ingin menghidupkan kembali ketajaman sang bintang, mereka harus memperbaiki koneksi antar lini dan mengembalikan tempo cepat yang menjadi ciri khas permainan mereka.
Pada akhirnya, Salah bukan pemalas—ia hanya terjebak dalam permainan yang tak memberinya ruang untuk bekerja.






