San Mamés, Bilbao — Athletic Bilbao sukses menahan imbang Paris Saint-Germain (PSG) dengan skor 0–0 dalam laga penting fase grup Liga Champions 2025/26. Pertandingan yang berlangsung ketat itu menghasilkan banyak peluang berbahaya bagi tim tamu, namun performa gemilang Unai Simón memastikan gawang Athletic tetap aman hingga peluit akhir dibunyikan.
PSG Dominasi, tetapi Gagal Manfaatkan Peluang
PSG tampil agresif terutama di babak kedua. Meski datang tanpa beberapa pemain utama, mereka tetap mendominasi penguasaan bola dan menghasilkan sejumlah peluang emas. Serangan cepat dari kombinasi Senny Mayulu, Warren Zaïre-Emery, hingga Bradley Barcola berkali-kali memaksa pertahanan Athletic bekerja keras.
Salah satu kesempatan terbaik PSG datang dari sepakan yang mengenai tiang gawang, sementara peluang lainnya sukses digagalkan oleh Simón. Dominasi permainan tidak cukup bagi Les Parisiens untuk memecah kebuntuan.
Unai Simón Jadi Tembok Kokoh Bilbao
Unai Simón menjadi tokoh utama pertandingan. Kiper tim nasional Spanyol itu melakukan beberapa penyelamatan krusial, termasuk ketika menghadapi situasi satu-lawanan-satu dan beberapa tembakan jarak dekat yang mengancam. Ketangguhan Simón membuat serangan PSG berkali-kali mentah di tangannya.
Penampilan briliannya menjadi alasan utama Athletic mampu mengamankan satu poin di kandang sendiri. Publik San Mamés pun memberikan apresiasi besar atas performanya yang menjadi fondasi ketahanan tim.
Komentar Pelatih Setelah Laga
Pelatih PSG, Luis Enrique, mengakui bahwa hasil imbang ini terasa mengecewakan mengingat banyaknya peluang yang diciptakan pasukannya. Ia menyebut laga tersebut sebagai pertandingan yang timnya “seharusnya bisa menangkan” namun harus menerima kenyataan bahwa ketangguhan Simón menjadi pembeda.
Di sisi lain, pelatih Athletic Bilbao, Ernesto Valverde, memuji kerja keras para pemainnya dan menyoroti organisasi pertahanan yang tampil disiplin sepanjang pertandingan. Ia menyatakan bangga dengan respon tim dalam menghadapi tekanan besar dari juara bertahan.
Dampak Terhadap Klasemen Grup
Hasil ini membuat posisi PSG tetap aman di klasemen, meski kegagalan meraih poin penuh bisa memengaruhi peluang mereka untuk mengunci puncak grup pada pertandingan terakhir. Sementara itu, Athletic Bilbao meraih poin yang sangat berharga dalam persaingan ketat untuk lolos ke babak 16 besar.
Dengan mempertontonkan pertahanan solid dan performa individu luar biasa dari Unai Simón, Athletic Bilbao kembali menunjukkan bahwa San Mamés bukan tempat yang mudah untuk ditaklukkan, bahkan bagi tim sebesar PSG. Imbang 0–0 ini terasa seperti kemenangan tersendiri bagi tuan rumah.
Dalam beberapa tahun terakhir, PSG dikenal bukan hanya sebagai rumah bagi para bintang mahal, tetapi juga sebagai klub yang mulai memberi ruang bagi talenta muda. Dari sekian banyak nama yang mencuri perhatian, Désiré Doué muncul sebagai sosok paling bersinar di musim 2024/25. Penampilannya yang konsisten, kontribusinya dalam momen-momen besar, hingga dampaknya bagi PSG dan Timnas Prancis membuatnya dinobatkan sebagai Golden Boy 2025, penghargaan paling prestisius untuk pesepakbola U-21 di dunia.
Artikel ini membahas bagaimana Doué berhasil meraih gelar bergengsi tersebut dan mengapa ia disebut sebagai bintang baru Paris yang siap mendominasi Eropa.
Awal Karier dan Perjalanan Menuju Paris
Désiré Doué lahir pada 3 Juni 2005 di Angers, Prancis. Ia berkembang di akademi Rennes, klub yang dikenal menghasilkan gelandang kreatif bertalenta. Pada usia 17 tahun, Doué sudah mencuri perhatian Ligue 1 karena kemampuannya menggabungkan visi bermain, teknik tinggi, serta keberanian dalam duel satu lawan satu.
Musim 2024/25 menjadi titik penting dalam kariernya ketika PSG melakukan langkah agresif untuk mengamankan jasanya. Transfer sekitar €50 juta dianggap investasi masa depan—dan terbukti tepat. Doué langsung menjadi bagian penting dari rencana Luis Enrique, bukan sekadar pemain pelapis.
Adaptasi Cepat Bersama PSG
Tidak mudah bagi pemain muda untuk masuk ke skuad yang dipenuhi bintang. Namun Doué justru memperlihatkan kematangan di luar usianya. Sejak pertandingan awal Ligue 1 hingga fase knockout Liga Champions, ia tampil konsisten sebagai:
Gelandang serang
Winger kiri
Playmaker yang bebas bergerak di antara lini
Fleksibilitas inilah yang membuat Doué menjadi salah satu pemain paling efektif di Eropa musim 2024/25.
Statistiknya sangat mengesankan:
16 gol
16 assist
kontribusi penting di laga-laga besar, termasuk semifinal & final Liga Champions.
Peran Doué tidak hanya pada aspek menyerang. Ia sering menjadi pemicu pressing dan mampu mendikte tempo, sesuatu yang biasanya dimiliki pemain yang jauh lebih berpengalaman.
Performa Gemilang di Liga Champions
Jika ada kompetisi yang mengangkat popularitas Doué ke puncak Eropa, itu adalah Liga Champions 2024/25. Ia menjadi pusat kreativitas PSG dalam skema transisi cepat Luis Enrique. Sentuhannya yang elegan, kombinasi dengan Kylian Mbappé atau Gonçalo Ramos, serta kemampuannya menciptakan ruang untuk rekan setim membuatnya sangat sulit dihentikan.
Di final kontra Inter Milan, Doué mungkin bukan pencetak gol, tetapi ia berperan dalam proses serangan yang menghasilkan kemenangan 2–0. Banyak analis menyebutnya sebagai pemain tercepat yang beradaptasi di pertandingan besar sejak era Kylian Mbappé muda.
Tak heran jika media Eropa mulai menyebutnya sebagai “permata baru Paris” yang siap mengambil tongkat estafet dari para maestro sebelumnya.
Kriteria Golden Boy: Mengapa Doué Layak Memenangkannya
Penghargaan Golden Boy diberikan oleh jurnalis olahraga Eropa untuk pemain muda paling menjanjikan. Beberapa faktor yang membuat Doué menjadi pemenang 2025 antara lain:
1. Konsistensi di level tertinggi
Ia bukan hanya bersinar di Ligue 1, tetapi juga di panggung terbesar seperti Liga Champions.
2. Peningkatan signifikan dalam pengambilan keputusan
Doué terlihat semakin matang dalam memilih momen: kapan harus dribel, kapan harus melepas umpan, dan kapan harus memperlambat tempo.
3. Statistik yang tak terbantahkan
Kontribusi 32 gol (16 gol + 16 assist) untuk pemain U-21 di klub sebesar PSG adalah sebuah pencapaian luar biasa.
4. Dampak langsung terhadap trofi
PSG meraih treble domestik dan menangi Liga Champions—semua dengan Doué sebagai salah satu motor permainan.
5. Pengakuan pelatih dan pemain senior
Luis Enrique berulang kali memujinya dalam konferensi pers, menyebutnya sebagai “pemain yang berpikir lebih cepat daripada usianya.” Pemain senior seperti Mbappé juga mengakui kualitasnya dalam skuad.
Karakteristik Bermain: Gabungan Kreativitas dan Kecepatan
Doué dikenal sebagai pemain yang:
Memiliki dribbling tajam ala sayap modern
Visi bermain mendalam seperti playmaker klasik
Kontrol bola mumpuni bahkan di area sempit
Mobilitas tinggi untuk membuka ruang
Berani menembus kotak penalti
Salah satu ciri khasnya adalah kemampuan mengubah tempo permainan dalam satu sentuhan. Di bawah tekanan, ia bisa melepas umpan vertikal yang membuka ruang bagi rekan setim. Dalam set-up PSG, ini membuatnya menjadi krusial.
Dampak bagi PSG: Awal Era Baru
Banyak yang menilai Doué adalah simbol transformasi PSG menuju generasi baru setelah era Neymar–Mbappé–Messi. Musim 2024/25 menandai perubahan: lebih banyak pemain muda eksplosif, pressing modern, dan permainan kolektif.
Doué dianggap sebagai wajah dari filosofi baru ini.
Perannya ke depan:
Kemungkinan menjadi playmaker utama di musim 2025/26
Potensi masuk ke Timnas Prancis di turnamen besar
Menjadi ikon baru di Parc des Princes
Gaung Global: Sorotan Media dan Klub Eropa
Setelah menyabet Golden Boy 2025, Doué mulai menjadi bahan perbincangan di seluruh dunia. Media Spanyol, Inggris, hingga Jerman menempatkannya sebagai salah satu talenta paling berbahaya.
Beberapa klub besar disebut memantau perkembangan sang pemain, termasuk Real Madrid dan Manchester City. Namun PSG dikabarkan ingin menjadikannya pemain pilar jangka panjang.
Kesimpulan: Masa Depan Milik Désiré Doué
Désiré Doué bukan sekadar pemain muda berbakat. Ia adalah lengkap: teknik, visi, mentalitas juara, dan kemampuan membuat perbedaan. Gelar Golden Boy 2025 hanyalah awal dari potensi karier cemerlang yang bisa ia raih.
Dengan PSG yang kini membangun generasi baru, Doué adalah pusat revolusi itu. Paris memiliki bintang baru, dan Eropa mulai menyaksikan lahirnya salah satu pemain paling menjanjikan dalam satu dekade terakhir.
Fabián Ruiz kembali mencuri perhatian publik setelah secara terbuka mengungkapkan keinginannya untuk pensiun di Real Betis, klub tempat ia tumbuh dan berkembang. Meski kini berstatus sebagai gelandang andalan Paris Saint-Germain, pemain asal Andalusia itu menegaskan bahwa hatinya tetap terikat pada Betis—klub yang ia sebut sebagai “rumah sepak bolanya”. Bagi Fabián, Betis bukan sekadar klub pertama, melainkan bagian penting dari masa kecilnya. Ia dibesarkan dalam lingkungan hijau-putih, meniti karier dari akademi hingga debut di tim senior. Hubungan emosional ini membuat gagasan kembali ke Betis suatu hari nanti terasa sangat istimewa baginya.
Pengakuan Terbaru yang Menggugah Perhatian
Dalam kesempatan berbicara kepada media, Fabián dengan jujur menyampaikan impiannya untuk mengakhiri karier di klub masa kecil tersebut. Ia menyebut dirinya masih seorang “Bético”, julukan untuk fans Betis, dan pernyataan ini dengan cepat menjadi sorotan di Spanyol maupun Prancis. Pengakuan semacam ini jarang muncul dari pemain yang sedang berada di puncak karier di klub besar seperti PSG. Namun bagi Fabián, kejujuran tentang masa depan adalah bagian dari rasa cintanya terhadap klub yang membesarkannya. Tidak ada yang ia sembunyikan: suatu hari nanti, ia ingin kembali memakai seragam Betis sebelum menggantung sepatu.
Situasi Kontrak dan Realitas Saat Ini
Meski mimpinya terang benderang, Fabián juga memahami bahwa waktunya belum tiba. Ia masih terikat kontrak jangka panjang di PSG dan memiliki peran penting dalam proyek besar klub. PSG sedang melalui fase pembangunan ulang dan Fabián termasuk bagian utama dalam rencana tersebut. Di sisi lain, Betis tentu tidak akan menolak kembalinya sang mantan bintang, tetapi transfer tersebut membutuhkan kondisi finansial dan teknis yang harus disesuaikan. Karena itu, kepulangannya lebih realistis sebagai rencana jangka menengah atau jangka panjang, bukan sesuatu yang bisa terjadi dalam satu atau dua musim.
Harapan Suporter dan Gambaran Masa Depan
Bagi para suporter Betis, pernyataan Fabián ini bagaikan angin segar. Mereka memandangnya sebagai salah satu lulusan akademi terbaik yang pernah klub miliki. Bayangan Fabián kembali mengisi lini tengah di Benito Villamarín menghadirkan nuansa romantis dan kebanggaan tersendiri. Sementara bagi PSG, pengakuan ini tidak mengurangi dedikasi sang gelandang. Selama masih berseragam Paris, Fabián tetap menjadi pemain profesional yang memberikan kontribusi maksimal.
Penutup
Pernyataan Fabián Ruiz menunjukkan bahwa seorang pesepakbola, seberapa pun tingginya karier yang ia capai, selalu menyimpan tempat khusus untuk klub asalnya. Ia mungkin masih jauh dari masa pensiun, tetapi arah hatinya sudah jelas: suatu hari nanti, ia ingin pulang ke Real Betis dan menutup karier di tempat ia memulai segalanya.
Konflik antara Kylian Mbappé dan Paris Saint-Germain (PSG) memasuki babak baru setelah keduanya resmi membawa masalah ini ke pengadilan. Awal perselisihan berakar pada klaim bahwa Mbappé tidak menerima gaji serta bonus yang seharusnya ia terima pada musim terakhirnya bersama PSG. Nominal yang dipermasalahkan mencapai puluhan juta euro, yang kemudian berkembang menjadi gugatan besar dengan total nilai sekitar Rp5,1 triliun.
Selain masalah finansial, ketegangan hubungan antara Mbappé dan manajemen klub juga menjadi pemicu. Sang pemain mengaku mendapat perlakuan tidak profesional setelah menolak memperpanjang kontrak, termasuk dipisahkan dari skuad utama. Hal tersebut dianggap menurunkan reputasinya dan memengaruhi performa profesionalnya.
Langkah Hukum Mbappé: Tuntutan Rp5,1 Triliun
Mbappé melalui tim hukumnya menuntut kompensasi besar atas gaji, bonus, dan kerugian non-materiil yang ia klaim harus dipenuhi PSG. Gugatan tersebut menyoroti bahwa klub dianggap melanggar ketentuan kontrak dan mengabaikan hak-hak pemain.
Tuntutan Mbappé bukan hanya soal uang yang tidak dibayarkan, tetapi juga kompensasi atas kerugian moral, reputasi, serta perlakuan diskriminatif yang ia rasakan menjelang hengkangnya ke klub barunya.
Pihak Mbappé bahkan berupaya memastikan bahwa kontraknya dapat diklasifikasikan sebagai kontrak kerja tanpa batas waktu. Jika pengadilan mengabulkan hal ini, maka potensi ganti rugi bagi Mbappé dapat meningkat signifikan.
PSG Melawan: Gugatan Balik Rp4,6 Triliun
Di sisi lain, PSG tidak tinggal diam. Klub raksasa Ligue 1 itu melayangkan gugatan balik senilai Rp4,6 triliun, menuding Mbappé membuat mereka kehilangan kesempatan finansial besar.
PSG mengklaim kerugian muncul setelah Mbappé menolak tawaran transfer menggiurkan dari klub Arab Saudi pada 2023. Tawaran itu disebut bernilai ratusan juta euro dan seharusnya bisa memberi keuntungan besar bagi klub. Keputusan Mbappé bertahan hingga kontraknya habis dianggap merugikan secara ekonomi.
Pihak klub juga menilai tidak ada kewajiban tambahan yang harus mereka bayarkan selain yang sudah tertulis dalam kontrak pemain tersebut. PSG menegaskan bahwa mereka mengikuti prosedur dan Mbappé bertanggung jawab atas kerugian yang timbul.
Sidang di Pengadilan dan Dampak Besarnya
Kini, sengketa ini bergulir di pengadilan ketenagakerjaan Prancis. Serangkaian sidang telah berlangsung dengan hasil akhir dijadwalkan keluar pada akhir tahun. Kasus ini kini menjadi pusat perhatian publik dan media, mengingat skala tuntutannya yang luar biasa besar.
Selain itu, para pengamat menilai bahwa keputusan akhir nanti dapat menjadi preseden penting dalam dunia sepak bola, terutama menyangkut hak dan kewajiban pemain serta klub. Sengketa Mbappé dan PSG tidak lagi sekadar persoalan kontrak, tetapi gambaran nyata bagaimana hubungan pemain bintang dan klub elite bisa berubah menjadi pertarungan hukum yang kompleks.
Penutup
Dengan dua tuntutan triliunan rupiah saling berhadapan, dunia sepak bola kini menantikan hasil sidang ini dengan penuh ketegangan. Apakah Mbappé akan memperoleh kompensasi besar seperti yang ia tuntut, atau PSG justru memenangkan gugatan balik mereka?
Meski belum ada kabar resmi terkini per 16 November 2025 tentang keinginan konkret pihak PSG untuk segera membajak Gavi dari Barcelona, namun sinyal yang muncul belakangan ini sudah cukup untuk membuat alarm berbunyi di Camp Nou. Berikut poin-penting yang perlu diperhatikan:
1. Minat Berkelanjutan PSG
Beberapa laporan menyebut bahwa PSG belum menyerah untuk mengincar Gavi. Salah satu artikel menyebut bahwa klub Paris “tidak akan menyerah dan akan melakukan segala upaya” untuk mengajaknya, termasuk menyiapkan tawaran jutaan euro. FCBN Meski Gavi sendiri telah menegaskan loyalitasnya kepada Barcelona. Sports Mole+1 Fenomena ini bisa dilihat sebagai sinyal merah bagi Barcelona: meski saat ini tidak ada aksi nyata besar, potensi pembajakan tetap mengintai.
2. Situasi di Barcelona
Gavi sudah memperbaharui kontraknya hingga tahun 2030 dengan Barcelona, menegaskan bahwa ambisinya adalah menghabiskan kariernya di klub tersebut. FCBN+1 Namun di sisi lain, Barcelona tengah dalam kondisi keuangan yang cukup ketat, serta persaingan di lini tengah yang semakin sengit. Hal ini bisa membuat klub rentan untuk “terpaksa” menjual pemainnya jika muncul tawaran besar. Artinya: meskipun Gavi loyal, eksternal tekanan dan kondisi klub bisa membuat skenario tak terduga muncul.
3. Kenapa PSG Tertarik dan Apa Implikasinya
Faktor utama: hubungan personal antara Gavi dan mantan pelatihnya di tim nasional Spanyol, Luis Enrique — kini pelatih PSG — menjadi daya tarik besar bagi Paris. The Football Faithful+1 Jika PSG benar-benar mengajukan penawaran besar, implikasinya bagi Barcelona bisa berupa:
Kehilangan pemain muda berbakat dan pengganti masa depan di lini tengah.
Keharusan untuk mencari pengganti atau mempercepat pengembangan pemain muda lain.
Dampak moral dan citra klub, bahwa pemain La Masia (seperti Gavi) bisa “dibajak” oleh raksasa Eropa.
4. Kenapa Barcelona Harus Waspada Sekarang
Walau Gavi menyatakan dirinya akan tetap di Barcelona, kenyataan pasar transfer bisa berubah cepat, terutama jika tawaran finansial besar datang dan kondisi klub memaksa. Barcelona harus:
Memastikan kontrak Gavi aman dan klausul pelepasan relevan.
Memastikan peran Gavi terjaga agar ia merasa dihargai — sebab ketidakpuasan bisa membuka ruang negosiasi.
Mempersiapkan strategi “plan B” jika skenario worst-case terjadi.
Kesimpulan
Meskipun hingga kini belum ada fakta bahwa Gavi benar-benar pindah ke PSG, aspek “minat berulang” dari PSG, kondisi keuangan Barcelona, dan hubungan personal antara Gavi & Luis Enrique menjadi kombinasi yang menimbulkan sinyal merah untuk Barcelona. Bagi Barcelona, tantangannya adalah membuktikan bahwa ia masih akan menjadi pilar utama klub, dan bukan sekadar aset transfer. Untuk Gavi sendiri, meski dideklarasikan loyalitasnya kepada Barcelona, skenario eksternal tetap bisa mengubah arah — dan Barcelona harus menavigasi situasi ini dengan cerdas.