1. Era Baru di Bawah Thomas Tuchel
Thomas Tuchel membawa semangat baru ke tim nasional Inggris. Sejak resmi menjabat sebagai pelatih, ia langsung menegaskan bahwa kunci utama menuju kesuksesan bukan semata-mata taktik, melainkan brotherhood — persaudaraan yang kuat di antara para pemain. Ia menyadari bahwa Inggris selama ini memiliki banyak pemain berbakat, namun sering gagal karena kurangnya kebersamaan. Tuchel ingin mengubah itu dengan membangun tim yang bersatu hati, bukan sekadar kumpulan bintang.
Menurutnya, ketika pemain memiliki rasa percaya dan kebersamaan yang kuat, mereka akan lebih siap menghadapi tekanan besar di ajang internasional seperti Piala Dunia. Itulah mengapa Tuchel menjadikan brotherhood sebagai pondasi utama dalam membangun mental juara.

2. Filosofi “Brotherhood” sebagai Pondasi Tim
Dalam setiap sesi latihan dan pertemuan, Tuchel menekankan pentingnya ikatan emosional di antara pemain. Ia ingin semua pemain, baik muda maupun senior, merasa saling mendukung dan berjuang bersama. Filosofinya sederhana: “Jersey Inggris harus terasa ringan untuk dikenakan, tapi berat untuk diperjuangkan.”
Dengan pendekatan ini, Tuchel berusaha menghapus batas antara pemain bintang dan pemain pelapis. Semua dianggap sama pentingnya dalam struktur tim. Pemain muda seperti Jude Bellingham, Cole Palmer, dan Bukayo Saka diberi ruang untuk berkembang, tanpa harus merasa terintimidasi oleh senior seperti Harry Kane atau Jordan Henderson.

3. Membangun Mental Juara dari Dalam
Tuchel memahami bahwa kekuatan sejati tim nasional bukan hanya berasal dari strategi di lapangan, tetapi dari kedekatan di luar pertandingan. Ia sering mengadakan sesi diskusi terbuka, di mana para pemain bisa berbagi pengalaman, tekanan, bahkan masalah pribadi. Melalui pendekatan ini, ia berusaha membangun kepercayaan dan rasa empati di dalam skuad.
Hasilnya mulai terlihat. Dalam beberapa laga terakhir, Inggris tampil lebih kompak dan disiplin. Komunikasi antar pemain membaik, dan semangat juang terlihat jelas. Para pemain kini bermain bukan untuk diri sendiri, tetapi untuk tim dan negara.
4. Tantangan Menuju Piala Dunia 2026
Meski terlihat menjanjikan, jalan menuju Piala Dunia 2026 tetap penuh tantangan. Waktu persiapan yang terbatas dan tekanan publik yang tinggi menjadi ujian utama bagi Tuchel dan timnya. Ia tahu bahwa mempertahankan semangat brotherhood dalam jangka panjang tidak mudah, apalagi dengan perbedaan latar belakang dan karakter setiap pemain.
Namun Tuchel optimistis. Dengan komitmen yang kuat dan kepemimpinan yang konsisten, ia yakin bahwa budaya baru yang sedang dibangun ini akan menjadi pembeda utama Inggris dibanding generasi sebelumnya.
5. Penutup
Filosofi brotherhood yang dibawa Tuchel menjadikan tim nasional Inggris lebih dari sekadar kumpulan pemain hebat. Mereka kini menjadi keluarga besar yang memiliki satu tujuan: membawa pulang trofi Piala Dunia. Dengan rasa kebersamaan dan tanggung jawab bersama, Tuchel percaya bahwa mental juara Inggris akan terbentuk dari hati — bukan hanya dari strategi.
